Menjadi seorang ibu adalah pengalaman terpenting dalam kehidupan seorang perempuan.
Betapa indahnya saat si buah hati menangis, tertawa, hingga saat mulut mungilnya mulai belajar memanggil ‘Mama’. Setiap hari yang melelahkan untuk seorang ibu pun terbayar dengan kejutan-kejutan yang menyenangkan. Menyaksikan si anak bertumbuh dengan indah, mempelajari ‘ketrampilan’ dan ‘kemampuan’ barunya, belajar melafalkan suara dan kata yang awalnya sulit dipahami adalah hadiah yang tak ternilai. Lalu perbendaharaan katanya bertambah dari hari ke hari bahkan kerap tanpa disadari. Dan waktu akan berjalan begitu cepat hingga suatu hari sang buah hati mulai menggumamkan lagu yang biasa ibunya nyanyikan untuk meninabobokkannya.
Begitu juga yang dibayangkan San C. Wirakusuma (Sansan) saat melahirkan Gwendolyne (Gwen) putri pertamanya. Namun langit di atas kepalanya seperti runtuh ketika ternyata Gwen dideteksi mengalami gangguan pendengaran berat untuk kedua telinganya. Ibaratnya bila berada di samping pesawat pun, Gwen tak akan bisa mendengar sama sekali.
Tak mudah bagi Sansan dan John, suaminya menerima kenyataan pahit itu. Mereka melakukan segala macam upaya untuk ‘mengobati’ gangguan pendengaran Gwen, berharap turun keajaiban sehingga putri mereka bisa mendengar dengan normal. Sampai pada satu titik, mereka memutuskan untuk bangkit, menghadapi kenyataan dan menciptakan sendiri ‘keajaiban' itu.
Ini adalah kisah yang inspiratif tentang perjalanan seorang ibu membesarkan putrinya yang tuna rungu hingga bisa mendengar dan berbicara seperti orang normal. Awalnya untuk mengajarkan satu kata saja seperti ‘mommy' saja kepada Gwen, Sansan bisa mengulanginya sampai jutaan kali. Setelah itu pun masih cukup panjang proses belajar yang harus dilakukan hingga Gwen akhirnya bisa melafalkan ‘mommy’ dengan sempurna.
Cerita selengkapnya silakan ditemukan di buku ini yang akan terbit segera di bulan September 2009 :)
Rabu, 02 September 2009
I Can (not) Hear! by Feby Indirani
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar