Saya rasa Gwen adalah anak yang beruntung memilikii seorang ibu yang kuat, tegas disiplin tapi juga lemah lembut hatinya. Juga mempunyai ayah dan nenek yang selalu mengerti, menjaga, dan mendukung apa pun yang menjadi keinginan dan kebutuhan Gwen. Saya juga salut terhadap kejelian orangtua terutama sang Ibu dalam menempatkan Gwen dengan memilih lingkungan yang tepat meski tidak mudah agar Gwen tumbuh dengan maksimal, seperti keputusan tinggal di Australia selama hampir 3,5 tahun ataupun keputusan untuk menempatkan JIS sebagai sekolah pilihan untuk Gwen.
Buku ini juga mengingatkan pengalaman-pengalaman awal saya sebagai fisioterapi di sebuah Stroke Center. Bagaimana perjuangan pasien stroke untuk mengatasi atau lebih tepatnya beradaptasi dengan keterbatasannya bukan dengan cara menghilangkan atau mengubah keterbatasan tersebut. Memanfaatkan keterbatasan tersebut dengan maksimal sehingga para pasien tidak dianggap sebagai orang yang disable atau cacat. Meskipun dengan usaha dan perjuangan mental, pikiran dan tenaga untuk mencapai hasil yang maksimal benar-benar bukan usaha yang mudah. Itu yang saya lihat dari Gwen sejak ia berusia bayi, Gwen menunjukkan kemampuan belajar yang luar bisa. Juga Ibu Gwen yang tanpa lelah mengajarnya untuk berbicara yang benar, baik itu dari intonasi maupun kejelasan kata sehingga Gwen tidak terlihat sebagai anak yang tuna rungu, lebih terlihat seperti anak yang normal.
Saya sempat menitikkan air mata ketika membaca kejadian Gwen bersikeras tidak mau memakai stokingnya di buku ini. Dan ibu, nenek bahkan ayahnya,John sempat memukul Gwen gara-gara masalah tersebut. Bagi saya, di sinilah penting perhatian dan komunikasi antara orangtua dan anak. Ketika itu Gwen akhirnya terpaksa mau memakai stoking gara-gara diancam akan ditinggal di rumah sendiri oleh orang tuanya. Pada saat malam, seusai acara, ketika sang ibu membantu Gwen melepaskan stoking, ia baru mengetahui alasan mengapa Gwen menolak memakai stoking.
Ternyata alasan Gwen tidak mau memakai stoking adalah karena tidak ingin merusak kuteks di kuku jari-jari kakinya. SanSan dan John sangat menyesal terpaksa memukul Gwen sebelumnya karena salah mengartikan keinginan Gwen.
Buku yang membuat saya kagum terhadap seorang ibu, seperti SanSan. Tidak saja suka dukanya, tapi perjuangannya dalam menghadapi Gwen dan perjuangannya untuk berbagi pengalaman dengan orangtua anak-anak tuna rungu di Indonesia. Salut.
Buku yang menambah pengetahuan dan layak dibaca!
Senin, 31 Agustus 2009
Review I Can (not) Hear by Roos (GoodReads Indonesia)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar